Laman

Minggu, 09 Juni 2013

AsSibaq (berpacu)

Hidup adalah masa karya. Setiap kita diberi rentang waktu, yang kemudian kita sebut umur, untuk berkarya. Harga hidup kita, di mata kebenaran, ditentukan oleh kualitas karya kita. Maka sesungguhnya waktu yang berhak diklaim sebagai umur kita adalah sebatas waktu yang kita isi dengan karya dan amal. Selain itu, ia bukan milikmu.

***

Itulah undang-undang kebenaran tentang hakikat waktu. Kita bukan waktu yang kita miliki. Tapi kita adalah amal yang kita lakukan.

Dalam relung hakikat itulah Allah SWT menurunkan titahNya untuk ‘berpacu’ dan ‘berlomba’ dalam medan kehidupan (as-Sibaq). Hidup ini adalah jalan panjang yang harus kita lalui. Tak satupun diantara peserta kehidupan itu yang diberitahu dimana dan kapan ia harus berhenti. Sebab tempat perhentian pertama yang engkau tempati berhenti adalah ajalmu. Akhir masa karyamu.

Begitulah para sahabat dan semua manusia muslim yang agung dan besar yang pernah hadir di pelataran sejarah, memahami makna waktu dan hidup, serta melaluinya dengan semangat perpacuan yang tak pernah dapat digoda oleh kelelahan.

Apa yang mereka pakai adalah kendaraan jiwa yang seluruh muatannya adalah makna hidup itu sendiri, serta kehendak yang telah terwarnai oleh makna itu. Tak ada ruang kosong dalam kendaraan jiwa mereka yang tak terisi oleh kehendak dan azimah.

Perjuangan, bagi manusia-manusia agung itu, adalah sebuah instink yang sama kuatnya dengan instink lain dalam diri mereka. Sebab, kata sastrawan Mesir, Musthofa Shodiq Ar-Rofi’i, “Rupanya perjuangan itu mempunyai instink yang sanggup mengubah seluruh kehidupan ini menjadi kemenangan. Sebab setiap anak pikiran yang hinggap disitu, selalu langsung menjelma jadi pembunuh-pembunuh kekalahan”.

Mengeluh, dalam instink perjuangan mereka, hanyalah sepoi yang hendak merayu benteng obsesi mereka. Kelelahan, dalam tradisi keagungan mereka, bagai sebatang lilin yang ingin menghisap gelombang. Semua yang ada di permukaan bumi ini adalah tanah tempat kaki kebesarannya mengayuh derap langkah melewati hari-hari.

Dalam semangat perpacuan itu, semua tantangan yang mereka temui hanya berfungsi melahirkan bakat-bakat baru, kecerdasan-kecerdasan baru, kehendak-kehendak baru.

Inilah rahasia besar yang menyingkap tabir kebesaran sahabat, tabi’in serta ulama, zu’ama dan mujahidin besar yang pernah menggoreskan tinta emas dalam sejarah Islam kita. Banyak diantara mereka yang syahid dalam usia yang teramat muda. Imam al-Ghazali meninggal dalam usia 45 tahun, Umar bin Abdul Azis dalam usia 39 tahun, dan Hasan al Banna dalam usia 41 tahun. Tapi ‘usia’ mereka bagai memanjang mengikuti rentang panjang keabadian.

“Sebab ketika jiwa itu kosong, pikirannya akan lebih kosong. Ia akan terus mencari semua yang akan membuatnya lupa pada sang jiwa. Sedang manusia agung itu, hidup penuh sepenuh jiwanya,” kata Musthofa Shodiq Ar-Rofi’i. []

:: PKS PIYUNGAN | BLOG PARTAI KEADILAN SEJAHTERA :: 
Klik Download App BB | Klik Download App Android

Rabu, 29 Mei 2013

Evaluasi semester 2, menjelang ulngan umum diknas

Sepekan yang lalu Anak-anak telah mengerjakan soal yang diberikan pengawas saat evaluasi semester 2 menjelang ulangan umum yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan setempat.

Mereka begitu antusias mengikutinya dengan semangat, semangat untuk jujur, percaya diri dan mengaharap keridloan allah swt.

Sekolah menjadi salah satu sarana pembelajaran anak selain di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Sekolah dijadikan sarana sosialisasi dan aktualisasi diri dalam pembentukan pribadi anak.

Orang tua kadang berfikir bahwa pendidikan anaknya hanya di sekolah saja, sebenarnya salah walaupun sebagian besar waktu mereka berada di sekolah bukan berarti pendidikan dibebankan sepenuhnya pada sekolah si anak, tapi yang paling mendasar adalah pendidikan berawal dari lingkungan keluarga.

Disinilah orang tua wajib menanamkan pengetahuan atau pendidikan di mulai sejak dini, mulai dari sikap dan tingkah laku maupun pendidikan agama sekalipun harus ditanamkan sedini mungkin. Sehingga ketika mereka sudah masuk usia sekolah minimal apa yang ditanamkan dari orang tua dapat diaplikasikan di dunia sekolah mereka.

ADMIN

Jangan Berduka

Salim A Fillah
Jogja

Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantunya dengan bala tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah, dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (QS At-Taubah: 40)

Jangan berduka, sungguh Allah bersama kita; memihak dan membela, menjamin dan menjaga, meridhoi dan mengaruniakan pahala.

Jangan berduka, sungguh Allah bersama kita; diperjalanan yang panjang titiannya, sedikit pendukungnya, banyak timpaannya.

Jangan berduka, sungguh Allah bersama kita; rasakan pengawasan-Nya, hati-hatilah dari mendurhakai-Nya, takutlah akan murka-Nya.

Jangan berduka, sungguh Allah bersama kita; mohonlah ampunan-Nya, pintalah rahmat-Nya, teruslah berbincang mesra dengan-Nya.

Jangan berduka, sungguh Allah bersama kita; malulah bermalas dan sia-sia,baguskan kinerja, berjuanglah puncakkan karya.

Jangan berduka, sungguh Allah bersama kita; sucikan prasangka, lapangkan dada, maklumi kekurangan sesama, maafkan kesalahannya.

Jangan berduka, sungguh Allah bersama kita; ingat dan dekatilah, takut dan berharaplah, puji dan mengabdilah. Cintailah.

Jangan berduka, sungguh Allah bersama kita; sekian tadabur ayat, semoga bermanfaat didunia dan diakhirat.



:: PKS PIYUNGAN | BLOG PARTAI KEADILAN SEJAHTERA :: 
Klik Download App BB | Klik Download App Android